INFO Oksibil – Dialog DPR-Mahasiswa Diapresiasi, Diharapkan Digelar Berkala Di tengah dinamika sosial-politik yang semakin kompleks, komunikasi antara wakil rakyat dan generasi muda menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Langkah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang membuka ruang dialog bersama sejumlah organisasi mahasiswa baru-baru ini menuai banyak apresiasi dari publik, akademisi, hingga para tokoh nasional.
Dialog yang diadakan bukan sekadar ajang tatap muka seremonial, melainkan forum substansial untuk menyampaikan aspirasi, kritik, dan usulan kebijakan secara langsung dari mahasiswa kepada para anggota legislatif. Tidak hanya dipuji sebagai langkah maju dalam memperkuat demokrasi partisipatif, kegiatan ini juga memunculkan harapan agar forum serupa digelar secara rutin dan menyeluruh di berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga:Sebanyak 70 Rumah Terendam, Laporan Banjir Kirihi Disalurkan via Dinas Kesehatan
Pertemuan dengan 16 Organisasi Mahasiswa: Tanda Positif Keterbukaan DPR
Pada awal September 2025, DPR mengundang 16 organisasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan latar belakang ideologis ke Kompleks Parlemen Senayan. Dalam pertemuan tersebut, sejumlah Wakil Ketua DPR hadir secara langsung untuk mendengarkan aspirasi, termasuk isu-isu krusial seperti reformasi pendidikan, kebebasan akademik, lingkungan hidup, hingga transparansi legislasi.
Wakil Ketua DPR menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi adalah bagian dari pembangunan bangsa. Ia menyebutkan bahwa dialog seperti ini mencerminkan tanggung jawab moral dan politik lembaga legislatif terhadap suara rakyat, termasuk dari kalangan intelektual muda.
Mahasiswa menyampaikan berbagai kritik tajam, namun disampaikan dalam suasana diskusi yang kondusif dan terbuka. Mereka menuntut agar DPR tidak hanya menjalankan fungsi legislasi, tetapi juga membangun kemitraan strategis dengan kampus sebagai pusat produksi ilmu dan pemikiran kebijakan.
Parlemen Kampus: Inovasi Legislasi Edukatif untuk Generasi Muda
Sebelum dialog di Senayan, DPR telah lebih dulu meluncurkan program “Parlemen Kampus” sebagai upaya memperkenalkan proses legislasi kepada kalangan mahasiswa. Dalam kegiatan ini, DPR mengunjungi langsung universitas-universitas untuk mengadakan simulasi pembahasan undang-undang bersama mahasiswa.
Program ini dinilai sebagai pendekatan inovatif karena tidak hanya bersifat edukatif, tapi juga membuka akses bagi mahasiswa untuk memahami seluk-beluk pembuatan kebijakan secara langsung. Dengan menghadirkan anggota dewan, akademisi, serta aktivis mahasiswa dalam satu forum, program ini memperkaya literasi politik dan hukum generasi muda.
Antusiasme mahasiswa dalam Parlemen Kampus sangat tinggi. Banyak dari mereka yang merasa kegiatan ini menjembatani kesenjangan antara rakyat dan wakil rakyat. Bagi kampus, ini adalah momen penting untuk menghidupkan kembali tradisi dialektika antara pemangku kepentingan dan komunitas akademik.
Reaksi Positif dan Harapan dari Berbagai Kalangan
Langkah DPR membuka ruang komunikasi dengan mahasiswa menuai berbagai reaksi positif. Sejumlah rektor dan dosen menilai bahwa keterlibatan mahasiswa dalam forum parlemen dapat memperkuat kemampuan berpikir kritis, analitis, dan reflektif—kemampuan yang sangat penting dalam era disrupsi informasi.
Mahasiswa sendiri menyatakan apresiasi atas terbukanya ruang dialog. Mereka berharap komunikasi ini tidak berhenti pada momen-momen tertentu saja, melainkan berlanjut menjadi tradisi politik baru di Indonesia.
Aktivis masyarakat sipil juga menyatakan bahwa keterlibatan generasi muda dalam proses pembuatan kebijakan akan memperkuat transparansi dan akuntabilitas publik.
Kebutuhan Mendesak akan Dialog Berkala dan Inklusif
Meski diapresiasi, banyak pihak menggarisbawahi bahwa kegiatan dialog antara DPR dan mahasiswa masih bersifat sporadis dan elitis. Kebanyakan acara berlangsung di ibu kota atau kampus besar, sementara mahasiswa di daerah-daerah belum mendapatkan akses yang sama.
Dialog tidak harus selalu berlangsung secara fisik; platform digital pun bisa dimanfaatkan agar inklusif dan efisien.
Beberapa usulan konkret yang muncul dari mahasiswa dan akademisi antara lain:
-
Membentuk Forum Konsultatif Mahasiswa Nasional yang menjadi mitra tetap DPR RI dalam perumusan kebijakan publik.
-
Menetapkan jadwal dialog tiga bulanan antara DPR dan perwakilan mahasiswa dari seluruh provinsi.
-
Menyediakan saluran pengaduan dan aspirasi berbasis daring khusus untuk mahasiswa dan komunitas akademik.
-
Menetapkan kuota partisipasi mahasiswa dalam uji publik setiap rancangan undang-undang strategis.
Dialog sebagai Fondasi Demokrasi Masa Depan
Indonesia adalah negara dengan jumlah pemilih muda yang sangat besar. Jika kelompok ini diberdayakan secara benar, mereka tidak hanya menjadi pemilih aktif dalam pemilu, tetapi juga pengarah kebijakan masa depan. Dialog yang terbuka antara DPR dan mahasiswa adalah investasi politik jangka panjang.
Kesimpulan: Menjadikan Dialog sebagai Budaya Demokrasi
Dialog antara DPR dan mahasiswa telah membuka harapan baru bagi hadirnya politik yang partisipatif, transparan, dan inklusif.
Mahasiswa bukan hanya pelaku perubahan di masa depan, tapi juga mitra strategis hari ini.