Oksibil — Warga di Distrik Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang, melakukan inovasi yang menarik. Mereka membangun “jembatan akar buatan” untuk menghubungkan dua kampung yang terputus akibat longsor. Langkah ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat Papua mampu menciptakan solusi kreatif berbasis kearifan lokal.
Pembuatan jembatan ini terinspirasi dari tradisi masyarakat Suku Dani yang memanfaatkan akar pohon untuk membentuk struktur penyeberangan alami. Warga Oksibil memodifikasi konsep tersebut dengan tambahan tiang bambu dan pengikatan tali rotan agar jembatan lebih kuat dan stabil.
Menurut Kepala Kampung Serambakon, warga memilih cara ini karena proses pembangunan jembatan permanen sering terkendala cuaca dan akses logistik. “Kami ingin akses antar kampung tetap terbuka. Dengan cara ini, aktivitas warga tidak terganggu,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah daerah menyambut positif langkah warga tersebut. Pihak Dinas Pekerjaan Umum menyatakan bahwa jembatan akar buatan dapat menjadi solusi sementara yang aman, terutama karena wilayah Oksibil sering diguncang gempa kecil serta intensitas hujan yang tinggi sepanjang tahun.
Proyek masyarakat ini juga menarik perhatian pemerhati lingkungan. Mereka menyebut metode ini jauh lebih ramah lingkungan dibanding pembangunan jembatan beton yang memerlukan banyak material berat. Selain itu, penggunaan akar dan bambu dianggap selaras dengan prinsip ekologi dan keberlanjutan.
Baca juga:
Langkah Inovatif Ketua RT di Duren Sawit, Sulap Selokan Jadi Sumber Rezeki
Warga berharap pemerintah dapat mengirimkan tim teknis untuk memperkuat struktur jembatan sementara ini. Dengan begitu, akses ke sekolah, puskesmas, dan pasar rakyat akan tetap aman bagi masyarakat yang setiap hari melintasinya.
Laporan dari: INFO OKSIBIL
Kategori:
Papua,
Inovasi Masyarakat,
Pembangunan Daerah
